Recent Posts

Powered By Blogger

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 26 Juli 2016

Setelah Istri Membawa Rejeki Scaffolding

Senin, 27 Juni 2016

Hilangkan kebencian! Kata Mohed.

Sekian puluh tahun kemudian, Mohed, yang waktu kecil dididik dengan penuh kebencian, memiliki lebih dari seratus perusahaan. Di seratus negara.

Menarik: dia orang Syria. Suku Badui. Yang dulu hidup berpindah-pindah di padang pasir. Kini Mohed tinggal di Prancis Selatan.

”Itulah kunci sukses saya,” ujar Mohed Altrad yang tahun lalu terpilih sebagai World Entrepreneur of the Year di Monaco.

Mohed sendiri tidak tahu tanggal lahirnya. Maklum: lahir di padang pasir. Kira-kira saja kini berumur 68 tahun. Anak-anaknyalah yang belakangan memutuskan tanggal berapa Mohed lahir. Agar bisa merayakan ulang tahun sang ayah.

Sejak kecil Mohed tidak punya ibu. Sang ibu meninggal. Ketika umur sang ibu masih remaja. Waktu itu sang ibu terpaksa hamil: diperkosa seorang tokoh sukunya. Lahirlah Mohed.

Tanpa ibu, Mohed diasuh neneknya. Ikut pindah-pindah. Sesuai dengan kebiasaan suku nomaden. Dari satu oase ke gurun yang lain.

Akhirnya Mohed kecil diajak menetap di dekat Kota Raqqa. Kota kecil yang kini sangat terkenal itu: ibu kota Negara Islam Iraq dan Syria (ISIS).

Di Raqqa-lah Mohed ingin sekali sekolah. Seperti teman-temannya. Neneknya melarang. Tapi, Mohed diam-diam berangkat ke sekolah. Jalan kaki 6 kilometer. Tanpa alas kaki.

Setiap pulang Mohed dimarahi. ”Menggembala kambing tidak perlu ijazah,” kata sang nenek. Seperti umumnya anak Badui Arab, sang nenek juga harus menyiapkan sang cucu untuk jadi penggembala yang baik.

Mohed nekat. Di sekolah Mohed menemukan kebahagiaan. Juga menemukan pembebasan jiwanya. Dia menemukan cahaya. Yang akan bisa menerangi kegelapan sejarah kelahirannya. Tiap pagi dia cepat bangun. Agar keberangkatannya tidak dipergoki sang nenek.

Mohed juara sekolah.

Di semua jenjang. Sampai SMA.

Dia selalu dapat beasiswa. Termasuk saat lulus jadi sarjana. Pelajaran fisika dan matematikanya mengungguli seluruh negeri.

Pemerintah pun mengirimnya ke Prancis. Tapi, Mohed hanya bisa bahasa Arab. Maka dia harus belajar bahasa Prancis dulu di Montpellier. Enam bulan Mohed belajar bahasa di kota bibir pantai selatan Prancis ini.

Tentu itu belum cukup. ”Saat harus mulai kuliah di Paris, saya hanya mengerti 10 persen dari apa yang dikatakan profesor saya,” guraunya.

”Tapi sudah cukup untuk mencari pacar gadis asli Prancis,” tambahnya.

Fisika dan matematika memang punya kode-kodenya sendiri. Penguasaan bahasa tidak menentukan. Demikian juga pacaran. Punya bahasa isyaratnya sendiri.

Sang pacar adalah teman kuliahnya sendiri. Sesama dari pantai selatan. Hanya beda kota.

Kawin.

Dari sinilah awal suksesnya. Istri membawa rezeki.

Itu terjadi saat sang istri liburan ke kampung halamannya. Tetangganya berkisah tentang pabrik yang terancam bangkrut di kampung itu. Pabrik scaffolding. Buruhnya demo terus. Atau mogok. Khas Prancis.

Sang istri mendesak Mohed membeli pabrik itu. Hanya 1 dolar. Asal utang-utang di banknya ditanggung.

Saat itu Mohed memang sudah punya tabungan 600.000 dolar. Hasil kerja selama empat tahun di perusahaan minyak di Dubai. Belum cukup. Mohed mengajak tiga temannya berkongsi. Mohed 80 persen.

Di mana kunci suksesnya?

Keterbukaan. Ketulusan. Kesungguhan. Pertaruhan. Merebut kepercayaan buruh. Tidak egoistis. Optimistis. Tidak ada kebencian. Desentralisasi.

Mohed bercerita apa adanya kepada buruh yang suka mogok itu. Bahwa dia mempertaruhkan seluruh tabungan hasil kerjanya selama empat tahun di situ.

Dengan rendah hati dia mengaku dengan tulus: saya tidak tahu bisnis, tidak tahu mengurus pabrik, bahkan tidak tahu scaffolding itu apa dalam bahasa Prancis.

Ketulusannya, kerendahhatiannya, kenekatannya, semua itu meluluhkan hati buruh. Toh kalau pabrik itu tidak dia ambil akan bangkrut juga.

Mohed sendiri berada di pojokan: sukses atau ikut bangkrut. Tidak punya siapa-siapa. Tidak punya apa-apa.

Dia sukses.

Mohed kini menjadi pengusaha scaffolding terbesar di dunia. Terutama sejak mengambil alih perusahaan scaffolding Jerman yang jadi pesaingnya.

Kelihatannya industri ini tidak bergengsi. Bukan pula sesuatu yang tampak modern. Tapi, tiap tahun Mohed mengakuisisi perusahaan scaffolding di negara yang berbeda. Termasuk di Amerika.

Mohed mempertahankan kantor pusatnya di Kota Montpellier. Dengan hiasan Ferrari, Lamborghini, dan sejenisnya.

Dengan hanya 25 staf.

Mohed menganut desentralisasi untuk mengurus anak-anak perusahaannya: sepakati beberapa hal pokok, serahkan gaya ke masing-masing, komunikasikan.

”Mungkin karena saya pernah hidup di padang pasir,” katanya. ”Terbiasa dengan kebebasan penuh.”

Tapi, Mohed tetap sulit tidur. Idenya terlalu banyak. Dia tidak bisa minum-minum di bar, atau rekreasi atau olahraga.

Dia hobi menulis.

Malam-malamnya dia sibukkan dengan menulis. Hasilnya menakjubkan: Badawi. Sebuah novel tebal tentang suku Badui. Lebih tepatnya tentang perjalanan hidupnya.

Novel itu berkembang menjadi trilogi. Sastrawan Montpellier memberinya penghargaan sastra. Juga menulis rekomendasi: agar novel itu dibaca semua anak sekolah.

Wali kota Montpellier ikut bersandar kepadanya. Saat klub bisbol kebanggaan kota itu terancam kesulitan keuangan, sang wali kota merayunya untuk menyelamatkannya. Jadilah Mohed yang tidak pernah berolahraga itu bos pemiliknya. Namanya pun banyak ditempelkan di prasasti gedung itu.

”Biasanya, untuk orang Badui, seumur hidup namanya hanya ditulis satu kali di prasasti,” katanya. ”Yakni saat meninggal dunia. Ditulis di batu nisan.”

Mohed mengungkapkan semua itu saat berpidato di Monaco tahun lalu. Saat dia menerima penghargaan dari Ernst & Young sebagai Entrepreneur of the Year.

Saya pernah menghadiri forum itu, di situ, di hotel itu, tapi bukan tahun itu. Yakni saat saya terpilih sebagai Entrepreneur of the Year Indonesia. Oleh Ernst & Young. Untuk diadu di tingkat internasional di Monaco. Sekalian nonton F1 yang balapannya lewat jalan di depan hotel.

Saya tidak terpilih. Yang terpilih adalah pengusaha alat kesehatan dari Jerman. Bukan dokter. Bukan sarjana. Tapi, bisnis alat kesehatannya mendunia. Bahkan, dia menemukan alat perekam otak. Sangat pantas dia terpilih. Saya bukan apa-apanya.

Tahun lalu Mohed yang terpilih. Juga sangat pantas.

Apalagi, Mohed sangat unik: Islam, Arab, minoritas, lagi terpojok isu imigran, terorisme, dan kebencian.

Maka suara Mohed sangat pantas didengar. Karena itu, pidatonya dikutip media secara luas. Termasuk yang saya jadikan referensi ini.

Ke luar, ke pemerintah Prancis, dia menyarankan banyak hal untuk mengatasi kekerasan, kemiskinan para imigran, dan terorisme. Dia sampai diundang Perdana Menteri Prancis Francois Hollande untuk mendiskusikannya.

Kepada para imigran sendiri dia menyerukan untuk menghapus kebencian. Kepada siapa saja dan apa saja.

Saya ini, katanya, sejak kecil sudah diajari kebencian. Di mana saja ketemu orang Yahudi, saya diajari harus membunuhnya. Sejak kecil terus diajari itu. (*)

Senin, 25 Juli 2016

6 Tahap Pembelian


Bila anda sebagai seorang salesman, anda sering heran dengan kelakuan calon customer anda. Suatu ketika dia bersemangat menanyakan ini-itu produk anda. Seakan dia ingin membeli produk anda. Namun sampai lama juga tidak membeli. Dan ketika jadi membeli, yang dibeli adalah produk kompetitor. Di lain pihak, tanpa banyak tanya seorang calon customer membeli produk anda.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Hal demikian terjadi karena seseorang sebelum memutuskan untuk membeli melewati beberapa tahapan. Jadi sebaiknya anda mengetahui tahapan ini untuk bisa lebih berhasil menjualkan produk anda.

Tahap yang pertama adalah kesadaran akan kebutuhan sesuatu dan ketersediaannya. Dia sadar bahwa ada kebutuhan atau ada kesempatan yang dapat dilakukan bila dia membeli barang tertentu dan barang tertentu tersebut tersedia di pasar.

Yang kedua, dia akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang produk anda, tentang alternatif produk yang ada dan tentang kompetitor produk anda. Dia mencari informasi dulu produk anda itu: fiturnya apa, harganya berapa, adanya di mana, servicenya bagaimana dan seterusnya.

Setelah itu yang ketiga, maka dia merasa suka dan butuh akan produk itu secara umum. "Ya sudah, saya memang butuh laptop," kata calon customer kita.

Jadi kalau diamati ada tahapan seperti ini. Awalnya dia merasa butuh laptop, "Waktu saya mulai bekerja di pekerjaan ini ternyata membutuhkan laptop. Semua orang sudah pakai laptop," katanya. Lalu, dia mencari informasi sebanyak-banyaknya: laptopnya merk apa, spesifikasi apa, harganya berapa dan seterusnya. Lalu yang ketiga, dia merasa oke dan siap untuk membeli laptop.

Tahapan yang keempat adalah preferensi. "Kenapa saya harus membeli produk merk A, bukan merk B. Kenapa saya harus membeli tipe yang seharga ini bukan seharga itu." Ini adalah preferensi. Dia akan mencocokkan produknya disesuaikan dengan kesukaannya, seleranya, budgetnya dan lainnya. Di tahapan ini dia sudah mulai mengerucutkan pada apa yang lebih disukai dibandingkan yang lain.

Yang kelima adalah membuat keyakinan atau konfirmasi. Setelah dia mengerucutkan pada beberapa pilihan, dia akan tambah mantap setelah mendengar penjelasan yang baik dari salesmannya, melihat pelayanannya yang bagus, mendengar teman-teman memakai merk yang sama dan puas serta lainnya.

Tahapan yang terakhir, keenam, akhirnya orang itu memutuskan membeli produk itu.

Jadi sebenarnya dalam tahapan ketika seseorang ingin membeli sesuatu apakah itu laptop, mobil, makanan, baju dan lainnya akan melewati 6 tahapan ini. Kesadaran akan kebutuhan produk, lalu mendorongnya mencari informasi lebih banyak. Setelah itu dia yakin akan kebutuhannya membeli produk itu. Setelah proses ini dia akan mencari preferensi mana yang dia sukai. Lalu akhirnya dia meyakinkan diri, "OK, kalau begini saya beli." Setelah yakin dia akhirnya membeli.

Kita harus dapat membantu pembeli itu untuk menguatkan apa yang kita tawarkan, bahwa hal itu memang tepat untuk dia dan pilihannya adalah benar. Menyadarkan bahwa fitur-fitur yang kita tawarkan pas untuk dia. Membuat perbedaan dan kelebihan kita dibanding pesaing kita menjadi lebih berarti untuk dirinya.

Nah, memang tugas kita sebagai seorang salesman membantu pelanggan menemukan keyakinan kembali terhadap produk yang memang kita tawarkan. Targetnya adalah menyelaraskan antara kebutuhan dia dengan yang kita tawarkan. Sehingga akhirnya mereka yakin dan mau membeli produk kita. Selamat berjualan.

Oleh : Tanadi Santoso

Kancing Sang Nenek


Disebuah jaman ketika listrik masih menjadi barang mewah. Dibawah lampu jalanan, seorang nenek sedang sibuk mencari sesuatu didepan rumahnya. Seorang anak muda kebetulan lewat dan bertanya: “Sedang cari apa , Nek?” Jawab sang nenek: “Mencari kancing baju yang lepas nak.” Sang anak mudapun membantu mencarikan kancing itu.

Setelah mencari sekian lama tidak juga ketemu. Sang anak muda kembali bertanya: “Maaf Nek, tadi sebenarnya nenekmerasa jatuhnya kancing dimana?” Sang nenek menjawab: “Rasanya sih jatuhnya di dalam kamar tidur nenek.” Sanganak muda jengkel dan bertanya: “Lho kok dicari diluar rumah nek?” Jawab sang nenek: “ Iya nak, soalnya didalam rumah nenek gelap, kan diluar ini terang, lebih mudah mencarinya.”

Cerita yang sumir ini terasa lucu dan sedikit menjengkelkan. Tetapi sebenarnya tanpa sadar dalam kehidupan bisnis kitapun, kita sering berprilaku seperti sang nenek ini. Kita selalu mencari solusi yang mudah dalam memperbaiki bisnis kita. Kita mencari solusi didepan rumah yang terang, dan malas untuk mencarinya didalam rumah yang gelap.

Ketika penjualan menurun, kita hanya tahunya memberi diskon, meningkatkan promosi, karena itu yang paling mudah dilakukan. Mungkin sebenarnya kita harus kembali melihat kwalitas barang, sistem produksi, trend anak muda, packaging, ataupun metode penjualan kita.

Ketika karyawan kita banyak yang keluar, kita hanya bisa menaikkan gajih, atau merekrut lagi dan lagi orang baru. Mungkin kita harus melihat kembali bagaimana budaya kerja ditempat kita, apa yang membuat karyawan tidak kerasan, apakah manager kita sudah memberikan motivasi yang benar, apakah perusahaan memberikan nilai tambah untuk tumbuhnya setiap individu disana.

Dan ketika anak kita menjadi bandel, merokok, dan hidupnya kacau balau, kita hanya bisa memaki dan memukulnya saja. Kita lupa untuk mencari akar persoalan yang sebenarnya.

Sumber : Tanadi Santoso

Support : IPPO Fried Chicken Tambun

Minggu, 24 Juli 2016

Kuku Bima ener-G Dan Extra Joss : Siapa Yang Mampu Memenangkan Pasar Minuman Energi?

Jika Anda diminta menyebutkan dua merek yang berasosiasi dengan minuman penambah tenaga non-cair (serbuk), merek apa yang segera terlintas di kepala Anda? Secara umum, orang-orang akan menjawab Kuku Bima Ener-G dan Extra Joss meskipun dia bukan konsumen merek tersebut.

Extra Joss sebagai produk minuman energi serbuk mulai dipasarkan pada tanggal 25 November 1994 oleh PT Bintang Toedjoe. Saat itu, Extra Joss masuk ke dalam pasar minuman energi yang dikuasai merek asing. Merek-merek asing tersebut menawarkan produknya dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol. Akibatnya, harga produk-produk tersebut relatif mahal dan hanya dapat dijangkau kalangan menengah atas.

Melihat keadaan tersebut, PT Bintang Toedjoe dengan kekuatan distribusi ke seluruh provinsi di Indonesia mulai melancarkan serangannya. Extra Joss dikomunikasikan sebagai merek inovatif yang memberikan “biang” berupa serbuk dalam kemasan sachet. Extra Joss juga menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan harga minuman energi menjadi mahal adalah kemasannya. Maka muncullah tagline, “Ini biangnya, buat apa beli botolnya!” dengan endorser Donny Kesuma.

Strategi Extra Joss sukses dengan sangat baik di pasaran dan merebut hati para konsumen yang berlatang belakang ekonomi menengah bawah meski hanya menawarkan satu varian rasa, yaitu rasa masam dengan warna kuning.

Sayangnya peribahasa “Tak ada yang abadi” berlaku dengan sangat baik dalam pasar yang didominasi Extra Joss. PT Sido Muncul dengan merek dagang Kuku Bima Ener-G meluncur pada tahun 2004 dengan menggandeng para olahragawan, tokoh nasional dan selebritis, antara lain Ade Rai dan Rieke Dyah Pitaloka. Kuku Bima Ener-G masuk ke dalam pasar minuman energi serbuk dengan menyempurnakan suatu hal yang dipandang sebagai kekurangan Extra Joss, yaitu tidak adanya varian rasa dan warna selain masam dan kuning.

Dengan penawaran minuman energi serbuk yang terdiri dari berbagai varian rasa dan warna, antara lain Original, Anggur Merah Bali, Jambu Merah Jakarta dan Jeruk Pontianak, Kuku Bima Ener-G pun dengan sangat cepat berhasil menjadi favorit konsumen Indonesia. “Kue” yang selama ini seakan-akan dimakan sendirian oleh Extra Joss mulai digerogoti Kuku Bima Ener-G sedikit demi sedikit. Berdasarkan data PT Kalbe Farma Tbk (2009), pangsa pasar Kuku Bima Ener-G melejit dengan sangat cepat dari 8.9% (2007) ke 30% (2009). Di sisi lain, meski Extra Joss masih kukuh di puncak, pangsa pasarnya sudah menurun ke angka 34%.

Seakan-akan tidak cukup dengan memakan “kue” Extra Joss, Kuku Bima Ener-G juga menarik para endorser Extra Joss untuk bergabung dengannya, antara lain Donny Kesuma dan Chris John. Kuku Bima Ener-G kemudian juga menarik endorser fenomenal yang tetap digunakan meski sudah meninggal, yaitu Mbah Maridjan yang terkenal dengan pekikan, “Rosa!”.

Melalui berbagai langkah marketing dan komunikasi yang sudah dilakukan,  khususnya sejak 2007, Kuku Bima Ener-G menunjukkan kekonsistenan mulai dari jajaran endorser hingga slogan “Rosa!”. Hal sebaliknya justru dilakukan Extra Joss. Bisa jadi karena kekurang konsistenan dalam penggunaan endorser dan bentuk komunikasi yang digunakan menyebabkan Extra Joss harus menyerahkan sebagian pasarnya kepada Kuku Bima Ener-G.

Top Brand Index Extra Joss dan Kuku Bima Ener-G

Top Brand Index Extra Joss dan Kuku Bima Ener-G

Memasuki tahun 2010, mari kita mencoba melihat persaingan Extra Joss dan Kuku Bima Ener-G berdasarkan Top Brand Index. Berdasarkan pengukuran Top Brand Index 2010 – 2014, Extra Joss masih menjadi merek yang top di benak konsumen. Dalam Top Brand Index, setelah Extra Joss sempat mengalami kenaikan pada 2011 ke 62.8%, merek tersebut kembali menurun secara konsisten setiap tahunnya hingga ke angka 25.9% pada 2014, penurunan tersebut dapat dikatakan tidak signifikan.

Tabel Extra Joss dan Kuku Bima Ener-G

Sekarang, mari kita membedah Top Brand Index (TBI) kedua merek pada 2014. TBI Extra Joss senilai 47.7% diperoleh dengan mendapatkan Top Of Mind (TOM) sebesar 45.8%, Last Usage (LU) sebesar 49.9% dan Future Intention sebesar 48.1%. Hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 45.8% konsumen langsung mengasosiasikan merek Extra Joss dengan minuman penambah tenaga non-cair, merek  minuman penambah tenaga non-cair yang terakhir dikonsumsi 49.9% konsumen adalah Extra Joss dan sebanyak 48.1% konsumen berniat mengonsumsi kembali Extra Joss di masa depan.

Bagaimana dengan Kuku Bima Ener-G? TBI sebesar 25.9%  didapatkan setelah meraih TOM sebesar 17.7%, LU senilai 32.0% dan FI pada angka 30.7%. Berarti, ada 17.7% konsumen mengasosiasikan dengan segera merek Kuku Bima Ener-G dengan minuman penambah tenaga non-cair, sebanyak 32.0% konsumen merek minuman penambah tenaga non-cair terakhir kali mengonsumsi Kuku Bima Ener-G dan sebanyak 30.7% konsumen berniat mengonsumsi kembali Kuku Bima Ener-G di masa depan.

Extra Joss dan Kuku Bima Ener-G: Siapa yang Menjadi Pemenang di Masa Mendatang?

Hasil TBI pada 2014 tersebut menunjukkan angka-angka yang sangat menarik. Salah satu hal yang paling menarik adalah menginterpretasi hubungan antara asosiasi merek, merek yang dikonsumsi dan rencana konsumsi di masa depan. Dalam TBI 2014, meski Kuku Bima Ener-G memiliki asosiasi merek yang kurang tinggi (TOM 17.7%), tingkat konsumsinya justru meningkat hampir dua kali lipat (LU 32.0%) dan rencana konsumsi merek Kuku Bima Ener-G di masa depan tetap ada di kepala 3 (FI 30.7%).

Extra Joss meski masih konsisten menjadi jawara dalam hal asosiasi merek (TOM 45.8%), tingkat konsumsi relatif tidak ada perbedaan signifikan (LU 49.9%) dan rencana konsumsi Extra Joss di masa mendatang malah ada di angka yang lebih rendah dari LU (FI 48.1%).

Mengetahui informasi TBI tersebut, tentulah akan menjadi hal yang sangat menarik untuk terus mengetahui strategi kedua merek demi mempertahankan konsumen, menambah jumlah mereka dan pastinya, meningkatkan penjualan. Persaingan Extra Joss dan Kuku Bima Ener-G yang sudah sangat runcing juga menjadi bahan obrolan menarik bagi para marketer. Mungkin di dalam benak mereka muncul pertanyaan,

“Kira-kira, iklan dan kampanye saling ejek seperti apa lagi yang akan dipublikasikan di masa depan?”

Di kutip dari berbagai sumber

POWER OF CONTEXT


Manusia terlalu percaya akan dirinya bahwa dia akan dapat rasional dalam mengambil keputusan. Padahal kenyataannya tidak. Sebagai contoh, sering saya melihat teman yang pemakaian kartu kreditnya berlebihan. Kalau ditanya, mereka sudah mengontrolnya dan merasa memakai sedikit saja. Padahal kenyataannya tagihannya jauh melebihi dari dugaannya.

Mengapa ? Karena menggunakan kartu kredit tidak terasa beda membayar 70.000 atau 700.000 atau 2.700.000. Rasanya sama. Tinggal tanda tangan saja. Makan 40.000 tanda tangan, selesai. Beli barang 3.000.000 tanda tangan, selesai juga. Rasa meneken tanda tangan ini sama. Semua pakai kertas kecil yang tidak ada bedanya antara 70.000 atau 700.000.


Anda tidak merasa berat untuk mengeluarkan uang. Bandingkan kalau anda membayar dengan uang seperti biasanya. Beli 40.000 anda akan mengeluarkan 4 lembar 10.000-an. Bahkan kalau membayar 2.000.000, harus 2 tumpuk uang sejutaan. Ini akan terasa beda bayarnya karena kelihatan banyaknya lembar uang yang dikeluarkan.

Manusia terlalu mempercayai otak kanannya. "Oh ya, saya ingat kok. Kemarin belanja ini 1 juta. Lalu yang itu 1 juta," kata dia. Tapi dia tidak merasa lagi berapa total keseluruhannya. Karena itu kalau anda lihat kenapa semua bank mengobral kartu kredit dan pemakaiannya. Anda saksikan iklan-iklan yang berisi pembelian dengan bunga 0%, diskon ini-itu atau buy 1 get 2 dan sebagainya. Juga ada iming-iming gratis iuran tahunan pertama, padahal orang lupa memperhatikan masa kartu kreditnya. Ingatnya ketika sudah ditagih. Maka mereka menunggu setahun lagi untuk membatalkannya. Tahun depannya juga ingat setelah telat sebulan dan diteruskan sampai terus-menerus. Sehingga banyak orang punya 5 kartu kredit serta selalu lupa membatalkan ketika tagihan iuran tahunannya sudah berjalan.

Para bank yang mengeluarkan kartu kredit ini tahu bahwa anda sering lupa. Manusia tidak dapat dipercayai akan akal perhitungannya. Contoh lain, keanggotan fitness centre sebuah hotel berbintang untuk berolah raga. 1 tahun bayar 3 juta atau bulanan bayar 250 ribu. Kalau kasus seperti ini, sebaiknya anda bayar bulanan, meski harus 300 ribu sekalipun. Mengapa ? Kalau bayar sebulan sekali, anda menjadi sadar telah membayar sehingga harus berolah raga. Tapi kalau bayar tahunan, anda baru ingat ketika baru membayar atau adanya tagihan tahun depan. Sehingga di tengah-tengah tahun, anda tidak memanfaatkan fasilitas ini untuk berolah raga.

'Power of context', atau "kekuatan keadaan", membuat kita tidak logis dan rasional, karena kita terpengaruh oleh keadaan sekeliling kita dalam mengambil keputusan. Dunia bisnis sering memanfaatkan ini untuk membuat anda lebih banyak membeli barang, andapun harus lebih jernih melihat ini dan mengantisipasi keadaan.


Tanadi santoso

Rabu, 20 Juli 2016

3V Talking


Sebuah riset di Amerika menunjukkan bahwa saat berkomunikasi, orang menangkap apa yang kita maksudkan 55% adalah dari gerak - gerik kita saat bicara, 37% adalah dari intonasi suara kita, dan hanya 8% orang memperhatikan kata - kata yang kita ucapkan.

Seringkali kita berpikir sebaliknya, bahwa kata - kata yang kita ucapkan akan mempengaruhi maksud yang ditangkap oleh lawan bicara kita. Kita jadi sering membuang waktu untuk berhati - hati menyusun kata - kata yang akan kita sampaikan pada saat berbicara. Hal ini memang ada benarnya. Tapi yang lebih menentukan sampai tidaknya maksud yang kita sampaikan adalah dari gerak - gerik visual tubuh kita saat bicara.

Ada 3 V yang harus anda perhatikan dari proses komunikasi ini yaitu Visual : bagaimana orang memperhatkan gerak - gerik kita pada saat ber bicara, yang akan mempengaruhi 55% penyampaian maksud dalam komunikasi. Kemudian ada pula Voice : bagaimana kita memberikan intonasi dan nada dalam pengucapan kata - kata tersebut, yang mempengaruhi hingga 37% penyampaian maksud dalam komunikasi. Yang terakhir adalah Vocal : yaitu kata - kata yang kita pilih, yang hanya mempengaruhi 8% dari penyampaian maksud dalam komunikasi.

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi orang pada saat berkomunikasi adalah gerak - gerik visual yang memberikan ekspresi dan intonasi suara yang menentukan ada tidaknya antusiasme dan emosi dalam cara kita berbicara. Misalnya saja, anda mengucapkan kata - kata "Bagus ya!", yang pertama anda mengucapkannya dengan tersenyum dan intonasi yang bersemangat, orang akan mengerti bahwa anda sedang memujinya. Tapi bila kata - kata yang sama anda ucapkan dengan ekspresi wajah datar dan dengan nada sinisme, dia akan mengerti bahwa anda sedang menyindirnya. Demikian pula bila anda mengucapkan sesuatu dengan tidak tulus. Secara tidak sadar tubuh dan ekspresi wajah anda akan menyampaikan ketidaktulusan tersebut pada lawan bicara anda.

Perlu anda sadari bahwa dalam komunikasi, selalu terjadi sinkronisasi antara apa yang anda ucakpan dan apa yang anda rasakan pada lawan bicara anda saat anda mengucapkan kata - kata tersebut. Hal ini secara halus tercermin dan akan dengan cepat ditangkap oleh lawa bicara anda sehingga ia akan dapat memutuskan apa maksud anda sebenarnya.

Perhatikan kembali 3 V yang tadi telah disebutkan harus ada kesinkronan bila anda dalam 3 elemen ini bila anda menginginkan maksud anda ditangkap dengan baik oleh lawan bicara anda. Maka, anda betul - betul harus memperhatikan ekspresi gerak tubuh, wajah, maupun intonasi anda saat berbicara untuk meyakinkan lawan bicara akan maksud anda yang sebenarnya.

Mitra Bisnis, dalam kehidupan bisnis pasti anda akan sering menghadapi saat dimana anda harus bicara pada orang lain. Pada saat - saat seperti itu, perhatikan dengan cermat 3 V anda agar kiranya lawan bicara anda mengerti dengan baik apa yang anda maksudkan.

Demikianlah Bisnis Wisdom kesempatan ini, kiranya dapat berguna dalam meningkatkan bisnis anda!

Tanadi santoso